Ret-ret Saudara Muda dengan tema “Manusia Digital dan Tantangannya”

Ret-ret Saudara Muda dengan tema “Manusia Digital dan Tantangannya”

Sabtu 18-19 Februari 2023, para saudara mudah melaksanakan ret-ret bulanan dengan tema “Manusia Digital dan Tantangannya”. Ret-ret tersebut dilaksanakan di Rumah study Sang Surya. Kegiatan ret-ret ini merupakan runitas bulanan yang merupakan program saudara muda. Program tersebut membantu para saudara untuk melihat perkembangan hidup rohani, perkembangan kepribadian sebagai seorang saudara dina dan juga perkembangan hidup kekristenan.Sumber : https://images.tokopedia.net/img/cache/500-square/product

Proses rekoleksi tersebut dilaksanakan sebagai berikut. Sabtu sore, 18 Februari 2023 yang dibuka dengan lagu pembuka dari madah bakti (MB) No: 453; doa spontan oleh Sdr. Fenansius Godin (Saudara muda tingkat II); dan bahan rekoleksi diberikan oleh Sdr. Matius Yerikho dari pukul 20.00 WIT- 21.00 WIT, kemudian waktu selanjut permenungan pribadi. Minggu pagi, 19 Februari 2023, pukul 08.00 WIT, dibuka dengan lagu dan doa. Kemudian dilanjutkan sharing pribadi dari pukul 08.00-10.00 WIT, dan sharing kelompok dari jam 10.00-12.45 WIT, serta ditutup dengan makan siang bersama pada pukul 13.000 WIT. Kegiatan ini melibatkan semua Saudara Muda dari tingkat satu sampai tingkat empat.

Uraian dari tema rekoleksi tersebut menegaskan bahwa “internet sudah menjadi kebutuhan masyarakat bahkan dia menjadi “media sentris”, kita para religius Fransiskan tidak dapat menghindari maka dibutuhkan dari kita kebijakan dalam menggunakan jangan sampai sarana digital (Hp, tablet, computer,  dll) menguasai dan mengatur kita tetapi kitalah yang berusaha mengaturnya dan menguasainya agar kita tidak jatuh dalam pengaruh negatifnya” Selain itu, ada beberapa ungkapan dari para saudara yang menyampaikan demikian :

“Dalam kaitan dengan anggaran dasar “saudara tidak boleh naik kuda” nilai yang saya petik bahwa dalam hubungannya dengan misi pewartaan kita jangan kwatir dengan hal-hal yang sulit sehingga kita mempersiapkan sesuatu yang nyaman tetapi hendaklah orentasi kita pada kesederhanaan. Namun dalam perkembagnan zaman terkait dengan digital saya seorang saudara dina, bagi saya sarana digital sangatlah penting untuk study untuk mencari refrensi buku di internet. Dunia digital memiliki sarana-sanara sisi negatif yaitu dapat membentuk saya sepi di saat ramai atau membuat suasana ramai di saat saya sepi karena membentuk pribadi saya menjadi manusia individu” (Sdr. Antonius Sudarso)

Saya merasa tema rekoleksi kali sangat menarik bahwa“sarana digital” memiliki poin peting. Bagi saya sendiri teknologi tidak bisa saya hindari segala macam apa yang ada saya terima dan hadapi. Perlu dituntut dari saya bijaksana dalam menggunakannya. Hal positif dari sarana digital bisa mencari refrensi buku tetapi saya tidak gunakan dengan baik. Dalam hubungan dengan spiritualitas kita Fransiskus menjelaskan bahwa “kalau kita menggunakan sesuatu untuk kepentingan yang sebenarnya” sebagaiamana pun perkembangan zaman kita perlu beradaptasi apapun itu membantu kita untuk karya pelayanan. Melihat pekembangan sekarang kita harus terjun dan terlibat di dalamanya tetapi perlu dituntut untuk menggunakan dengan baik dalam panggilan kita” (Sdr.  Aris lisan)

“Bagi saya tidak perlu juga menuntut pengetahuan dunia digital tetapi karena studi saya merasa sangat perlu menggunakan sarana digital seperti hp. Tetapi ketika masuk ke dalam dunia digital sering kali lupa akan kebersamaan dan juga membuat pribadi menjadi individual. Anggaran dasar pada zaman fransisikus belum mengenal dunia digital tetapi saya berpikir ketika waktu itu ada pasti St. Frnasiskus ikut mempertimbangkan juga.  Bagi saya ketika saya menggunakan dunia digital dengan baik dan bijaksana saya tidak melanggar anggaran dasar” (Sdr. Agustinus Agon)

Ungkapan dari ketiga saudara muda tersebut, juga senada dengan para Saudara Muda lainya yang mengungkapkan pikiran yang sama. Perlu ditegaskan bahwa menggunakan sarana digital merupakan bagian dari partispasi akan perkembangan dalam peradaban dunia, maka dituntut kebijaksanaan yang sejati melalui terang iman dan budi yang cerdas.

Penulis : Admin

 

 

Previous Article
Next Article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fifteen − 7 =