Renungan Kelana Sabda, Sabtu 16 Desember 2023
Apakah Tujuan Membenarkan Proses?
Hari biasa Pekan II Adven
|
|
Sir. 48:1-4, 9-11; Mzm. 80:2ac,3b,15-16,18-19; Mat. 17:10-13. BcO Yes. 29:1-8 |
|
Warna Liturgi Ungu |
Kadangkala kita selalu menuntut agar suatu hal harus sesui dengan keingina kita, sesuai dengan kebutuhan, dan mungkin juga sesuai dengan tujuan yang kita rencanakan. Sehingga terjadi penyangkalan akan sesuatu yang sudah ada sebelumya. Banyak kali pengalaman yang bisa kita jumpai bawa kadang kala tujuan dapat mengindahkan proses hanya untuk mencapai apa yang dia inginkan oleh sekelompok orang. Dalam Injil hari ini pun demikian, bahwa ada tindakan penolakan sehingga mereka menuntut suatu yang berbeda dan tidak memperlakukan yang ada sebagaimana semestinya. Dan pertanyaan kita di sini adalah apakah tujuan bisa membenarkan proses dari seorang untuk mencapai sesuatu entah merugikan atau menguntungkan?
Dalam Injil dikatakan bahwa Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Salah satu bukti kelemahan dari kita manusia adalah mempelakukan sesuatu hal berdasarkan kehendak kita sendiri. Apa yang kita dapat jika kita berlaku demikian? Mungkin hal yang kita dapat adalah keegoisan dan kekuasaan. Orang cendrung jatuh pada kekuasaan karena dipandang mampu dan dipandang bisa tetapi sebenarnya kita sudah melawan etika yang ada dalah hidup bersama. Karena itu, Injil hari ini mengingatkan kita bahwa kekuasaan tidak selalu benilai positf tetapi juga bisa membawa kita pada keegoisan sebagaiaman dalam injil bahwa mereka memperlakukan menurut kehendaknya. Artinya keinginan sesorang untuk mendominasi itu lebih besar, sehingga dampaknya bisa menyederhanakan segala sesuatu sesuai dengan kepentingan kita pribadi. Semoga kita semua dipanggil untuk menjadi orang yang mampu mengekang kecendrungan-kecendrungan seperti ini baik dalam dalam masyarakat, gereja dan kelurga kita. Amin (AD)
pace e bene