Renungan Kelana Sabda, Minggu 24 Desember 2023
Kerendahan Diri Allah
HARI MINGGU ADVEN IV
|
|
2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Rm. 16:25-27; Luk. 1:26-38. BcO Yes. 51:17-52:2,7-10 Sore: Vigili Hari Raya Natal Yes. 62:1-5; Mzm. 89:4-5,16-17,27,29; Kis. 13:16-17,22-25; Mat. 1:1-25(panjang) atau Mat. 1:18-25(singkat). |
|
Warna Liturgi Ungu pg/Putih sor |
Kabar gembira yang disampaikan oleh melekat Gabriel kepada Maria tentang kelahiran Sang Juru selamat yang akan datang ke tengah dunia ini, sebelum jauh sudah diramalkan oleh para nabi. Kedatangan-Nya tidak menunjukkan bahwa Mesias yang dinantikan orang Israel itu sebagai raja untuk mereka. Tetapi kenyataannya Dia datang sebagai Sang kemiskinan dan lahir melalui keluarga tukang kayu yang amat rendah dalam kasta kehidupan orang Israel. Padahal kedatangan sang Juru selamat itu sudah amat jelas digambarkan kitab 2 Samuel bagaimana Allah merendahkan diri ketika raja Daud hendak membwah Tabut Allah dari tenda ke rumah megah yang dibangun dari kayu aras tempat tinggal raja Daud itu. Ia merasa tidak layak tinggal di rumah megah itu sementara Allah berdiam di kemah yang merujuk sebagai tempat yang hina pada masanya. Namun Allah menegur Daud atas inisiatifnya itu, sebab bahwasanya Allah telah merencanakan semuanya yang terjadi. Hal ini supaya membantu kita untuk merefleksikan bagaimana penjelmaan Allah menjadi manusia menghadirkan diri ke tengah dunia dalam peristiwa yang amat sederhana sebagai kerendahan diri Allah, menyamakan diri sama seperti manusia biasa.
Pribadi Bunda Maria dalam menghadapi kabar gembira yang disampaikan melaikat Gabriel, tentunya sangat mengagetkan Maria atas kabar yang diterimanya sebagai gadis yang belum bersuami tapi tiba-tiba ia mengandung. Ada kecemasan, keraguan dan kebinggungan yang dirasakan oleh Maria, namun, ia percaya dan menyerahkan diri seutuhnya kepada rencana Allah kepadanya. Dengan segala konsekwensinya yaitu penolakan, penghinaan dan dikucilkan oleh orang-orang di sekitarnya. Peristiwa yang dialami oleh Maria adalah suatu pengalaman bagaimana putra Allah hadir sebagai manusia yang amat merendahkan diri. Peristiwa yang telah lama diramalkan dan dirintis oleh para nabi tentang kerelaan Allah menyatu dan hadir dalam situasi kehidupan umat manusia yang sangat dikasihi-Nya.
Gambaran tentang sang Juru Selamat yaitu Yesus Kristus yang dikabarkan oleh malaikat kepada Maria sebenarnya mau menunjukkan keprihatinan Allah akan kehidupan kita umat manusia terutama bagi orang orang-orang miskin yang terabaikan dan melarat. Allah berupaya merendahkan diri demi mengangkat martabat kehidupan orang miskin yang kurang adanya perhatian. Kita sebenarnya adalah orang orang Israel yang hidup pada dewasa ini. Kita juga terkadang menolak kehadiran Tuhan yang nampak pada orang miskin. Karena kita lebih suka pada kesenangan diri, nepotisme, egoisme dan hedonisme seperti apa yang dilakukan oleh orang Israel pada zamannya. Tanpa mencoba mencari keheningan untuk merefleksikan kelahiran Allah dalam diri kita melalui orang lain. Tuhan membantu kita untuk menyadari diri sebagai orang berdosa yang sering kali menolak penjelmaan Tuhan dalam hati kita masing-masing. Maka marilah kita senantiasa membuka diri dan siap-sedia menyerahkan diri seutuhnya kepada rencana Allah seperti kepasarahan Bunda Maria. Aman. (LB)
Pace e bene