Pengobatan di Distrik Seminage
[huge_it_slider id=”3 “]
Pengobatan di Distrik Seminage
Oleh Br. Agustinus Adil OFM dan Tim Kesehatan RS Dian Harapan
Kami, Dr. Sugianto Gani, David T. Lubis, SKM, Br Agustinus Adil, OFM, tim kesehatan RS Dian Harapan, berangkat dari Jayapura pada hari minggu, tanggal 22 Oktober 2017 dengan menggunakan pesawat Trigana menuju Wamena. Pada hari Senin, tanggal 23 Oktober 2017, kami berangkat ke distrik Seminage bersama dengan Pater Jon Jonga pada jam 06.45. sampai di bandara distrik Seminage pada jam 07.00. Setelah sampai di bandara Seminage. Kami dibantu oleh masyarakat untuk mengangkut obat-obatan dan makanan tambahan ke kampung Haleroma dengan berjalan kaki selama kurang lebih 1 jam. Setelah sampai di Kampung Haleroma, kami beristirahat dahulu. Kemudian kami memulai pengobatan di Gereja di Kampung Haleroma dari jam 10.00 sampai dengan jam 15.00. sebelum memulai pengobatan, Pater Jon Jonga memberikan sambutan dan arahan kepada masyarakat, serta membagikan makanan tambahan ke perwakilan 8 kampung. Kami melakukan pemeriksaan untuk 2 kampung, yaitu Kampung Netahua dan Kampung Haleroma. Pasien yang datang sebanyak 107 pasien. Kami tinggal di kampung Haleroma 1 malam.
Pada tanggal 24 Oktober 2017 jam 08.00 kami tim kesehatan bersama Pater Jon Jonga melakukan perjalanan ke kampung berikutnya. Yaitu kampung Helenga. Dengan berjalan kaki selama 1, 5 jam. Obat-obatan dan peralatan lain dibawakan oleh masayarakat. Sampai di kampung Haleroma pada jam 09.30. kami beristirahat, dan memulai pengobatan jam 10.00 sampai dengan jam 15.00. Pasien yang datang adalah masyarakat dari kampung Helenga dan kampung Pona sebanyak 76 pasien. Pada sore hari jam 17.00, kami tim kesehatan dipanggil oleh warga masyarakat untuk melihat pasien yang ada di rumah karena sesak nafas dan tidak bisa jalan ke tempat pengobatan. Kami bertiga melihat pasien tersebut di honainya. Pasien dengan nama Ny. Esemae Esema, umur 60 tahun. Kami kemudian memberikan obat sesak dan antibiotik ke pasien tersebut. Kami menginap 1 malam di kampung Helenga.
Pada tanggal 25 Oktober 2017 jam 09.00 kami tim kesehatan bersama kader desa Habel Lokon berangkat ke desa berikutnya yaitu kampung Muke untuk mengunjungi pasien yang menderita penyakit pembesaran kaki, dengan nama Ny. Arlina Hugi, umur 30 tahun.
Untuk mencapai kampung Muke kami harus melewati kampung Hugi Lokon. Perjalanan menuju Hugi Lokon kami tempuh dengan jalan kaki selama 1 jam. Pada saat sampai di Desa Hugi Lokon, kami dari tim kesehatan akhirnya dibagi menjadi 2 kelompok. Dr. Sugianto dan David T. Lubis, SKM tetap di Kampung Hubi Lokon untuk melakukan penyuluhan dan pengobatan. Br. Agustinus Adil, OFM bersama Habel Lokon melanjutkan perjalanan ke kampung Muke yang ditempuh dengan jalan kaki selama 1,5 jam. Pada kampung Hugi Lokon kami menangani 13 pasien, untuk kampung Muke kami menangani 3 pasien. Setelah selesai melakukan pengobatan dan melihat pasien, kami disambut masyarakat Hugi Lokon dengan diberikan ayam 1 ekor. Setelah itu kami kembali ke kampung Helenga selama 1, 5 jam. Kami kembali menginap di kampung Helenga 1 malam. Pada sore hari kami kembali menangani pasien sebanyak 6 pasien di kampung Helenga
Pada tanggal 26 Oktober 2017, jam 07.00 kami kembali melihat pasien Ny. Esemae Esema di kampung Pona, untuk follow up apakah sesak nafasnya sudah berkurang atau tidak. Pasien sudah ada perbaikan. Pada saat kita turun ke tempat kami menginap di kampung Helenga kami sudah ditunggu pasien yang ingin berobat. Kami menangani pasien sampai jam 10.00, setelah itu kami bersiap-siap untuk kembali ke kampung Haleroma. Pada jam 11.00 kami berangkat ke kampung Haleroma dengan berjalan kaki dengan dibantu masyarakat setempat untuk membawa barang. Kami berjalan kaki selama 1,5 jam. Sesampai di kampung Haleroma kami beristirahat sampai jam 16.00. baru melanjutkan jalan kaki ke camp di bandara, dan bermalam di sana.
Tanggal 27 Oktober 2017, jam 07.00 kami kembali naik pesawat AMA untuk kembali ke Wamena.
PEMERIKSAAN
Selama pengobatan, kami dari tim kesehatan menangani pasien sebanyak 216 pasien. Dari 216 pasien kami sajikan 15 diagnosa terbanyak:
Penyakit | Jumlah Pasien | Persen |
ISPA | 65 pasien | 19% |
Myalgia | 37 Pasien | 48% |
Ascariasis | 25 pasien | 46% |
Bronchitis Kronis | 20 pasien | 37% |
Dispepsia | 19 pasien | 95% |
Cephalgia | 14 pasien | 85% |
Katarak | 13 pasien | 44% |
Gastroenteritis Akut | 8 pasien | 34% |
Caries Dentis | 7 pasien | 93% |
Impetigo Bulosa | 6 pasien | 51% |
Infected Vulnus Excoriasi | 6 pasien | 51% |
Malaise | 5 pasien | 10% |
Dermatitis Kontak | 5 pasien | 10% |
Osteoarthritis Genu | 5 pasien | 10% |
Suspect TB | 4 pasien | 67% |
OBAT
Sumber obat berasal dari 3 sumber yaitu:
- Dari dinas kesehatan provinsi
- Dari RS Dian Harapan
- Dari sisa obat yang ada di tempat pengobatan.
RESPON MASYARAKAT
Penerimaan masyrakat Distrik Seminage selama kami Tim Pengobatan RS Dian Harapan di sana adalah sangat antusias, dengan melihat dari jumlah pasien yang berobat. Pada saat kami ingin jalan kembali ke bandara, masyarakat masih mengantri ingin berobat, tetapi karena waktu, terpaksa kami membatasi pasien yang berobat pada tanggal 26 Oktober tersebut.
HAMBATAN
Kami dari tim kesehatan menemukan beberapa hambatan yang membuat masyarakat menjadi kesulitan untuk berobat selama ini. Kami akan menjabarkan sebagai berikut:
- Tidak adanya petugas kesehatan.
Pada saat kedatangan kami tidak tampak adanya petugas kesehatan yang stand by di tempat. Padahal terdapat Puskesmas di kampung Helenga, dan 1 Pustu di kampung Haleroma. Berdasarkan informasi masyrakat puskesmas sudah tidak ada petugas sejak 4 tahun lalu, untuk Pustu sudah kosong sejak 2 tahun lalu. Untuk pengobatan mereka bergantung pada kader desa yang tidak kompeten untuk melakukan pengobatan, bila mereka yang sakit masih kuat jalan, mereka akan jalan ke bandara untuk menunggu pesawat, atau jalan kaki ke wamena yang memakan waktu 3 hari.
- Kondisi lingkungan distrik Seminge
Distrik Seminage, Kabupaten Yahukimo dari tanggal 23 Oktober 2017 s/d 27 Oktober 2017. Distrik Seminage terdiri dari 9 kampung. Tetapi karena keterbatasan waktu dan beratnya medan. Tim kesehatan RS Dian Harapan hanya dapat mengunjungi 6 desa saja. Yang terdiri dari:
- Kampung Netahua
- Kampung Helenga
- Kampung Haleroma
- Kampung Pona
- Kampung Hugi Lokon
- Kampung Muke
Kesulitan yang kami hadapi adalah medan geografis yang berat. Jalan setapak yang
mendaki tiba-tiba bisa turun curam, tanah bebatuan serta becek karena situasi tidak menentu. Pada beberapa tempat terdapat longsor. Hal ini mencerminkan pada anggota masyarakat juga, bila mereka dalam kondisi sehat, anggota masyarakat dapat menempuh perjalanan tersebut, apabila sedang sakit mereka hanya dapat tinggal ditempat saja sambil menunggu bantuan, tetapi karena petugas kesehatan yang stand by tidak ada, jadi mereka hanya bisa menunggu saja.
- Air bersih
Salah satu kendala yang kami temukan di distrik Seminage adalah ketersediaan air bersih, serta ketersediaan jamban. Berdasarkan wawancara kami dengan masyarakat, semua rumah di kampung tidak dilengkapi dengan wc. Sehingga bila masyarakat mau buang air kecil dan besar mereka melakukannya di sembarang tempat. Untuk air minum mereka masih mengandalkan air yang tidak dimasak sehingga rentan terjadi penularan penyakit, terutama bila mereka buang air di dekat sumber air. Selain itu masyarakat tidak membersihkan tubuh sama sekalikarena cuaca yang dingin
- Faktor Gizi
Berdasarkan dari pengamatan kami, karena posisi distrik Seminage yang sangat terpencil, anggota masyarakat lebih mengandalkan hasil kebun untuk bertahan hidup. Ada anggota masyarakat yang ke kota untuk membeli bahan makanan, tetapi jumlahnya sedikit. Untuk bahan makanan pokok mereka mengandalkan betatas, dengan pelengkap sayuran yang mereka tanam sendiri, untuk sumber protein mereka beternak ayam dan babi, tetapi karena kondisi lingkuangan yang dingin banyak ternak anggota masyarakat yang mati, sehingga untuk seharihari mereka lebih banyak mengkonsumsi betatas dan sayuran saja. Apabila ada anggota masyarakat yang sakit, mereka tidak bisa memanen hasil kebun mereka sendiri sehingga mereka akan lebih sulit lagi untuk makan. Seperti yang kami lihat di kampung Muke, Ny Arlina Hugi. Pasien beserta suaminya sakit, sehingga mereka mengandalkan anaknya untuk mengambil hasil kebun. Tetapi yang bisa didapat sangat sedikit dan harus dibagi 3. Sehingga pasien dan keluarganya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
- Bahasa
Selama kami di distrik Seminage, bahsa merupakan salah satu faktor penyulit kami.
Karena banyak anggota masyarakat tidak mengetahui bahasa Indonesia, hal ini kami tanggulangi dengan meminta anggota masyarakat yang tahu bahasa Indonesia untuk membantu kami menterjemahkan keluhan dan cara meminum obat.
- Pendidikan
Pada distrik Seminage terdapat sekolah di kampong Haleroma dan kampong Helenga. Tetapi untuk aktivitas belajar mengajar, tidak tampak pada saat kami di sana. Saat ini yang masih aktif mengajari anak-anak dari distrik Seminage adalah seorang guru perempuan, tetapi status guru ini bukan pns, maupun kontrak dari pemerintah, melainkan relawan dari gereja. Tampak di sini bahwa tidak mungkin 1 orang guru dapat mengajari seluruh anak yang ada di distrik Seminage, karena walaupun guru tersebut keliling dari kampong ke kampong tidak mungkin seluruh pendidikan anak di Distrik Seminage akan terpenuhi.
SARAN
Ada beberapan saran kami untuk menanggulangi kesulitan tersebut, yaitu:
- Penempatan petugas kesehatan bersertifikat di distrik Seminage
Petugas tersebut harus stand by di tempat dan bisa berkeliling di kampung-kampung agar bisa mencakup seluruh anggota masyarakat distrik Seminage.
- Tersedianya air bersih dan jamban
Dengan adanya petugas kesehatan, kita dapat melakukan penyuluhan tentang cara hidup sehat bagi anggota masyarakat distrik Seminage sehingga mengurangi faktor penularan penyakit bagi masyarakat.
- Pertanian dan Peternakan
Bekerja sama dengan dinas yang bersangkutan untuk mengajari masyarakat agar dapat berkebun dan beternak lebih baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat di distrik Seminage.
- Pendidikan
Tenaga pendidikan di distrik Seminage harus diisi, berdasarkan informasi yang kami dapat, saat ini hanya ada 1 kepala sekolah yang PNS dan 1 guru relawan. Jumlah ini harus ditambah agar anak-anak bisa dikembangkan menjadi SDM yang berkualitas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey dan pengobatan kami, dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut:
- Masalah utama yang dihadapi Masyarakat distrik Seminage adalah: Tidak adanya petugas kesehatan yang kompeten.
- Medan yang amat berat membuat orang sakit susah mendapat pengobatan bila ingin pergi ke kota untuk mendapatkan perawatan.
- Kebiasaan masyarakat untuk buang air sembarangan dan meminum air mentah berkontribusi terhadap rentannya masyarakat distrik Seminage untuk terjangkit
- Sumber makanan yang sulit didapatkan bagi masyarakat sakit merupakan kontribusi yang signifikan bagi penurunan kondisi mereka sehingga seperti yang kita ketahui, mereka sudah tidak mendapatkan pengobatan yang baik, juga tidak bisa mempertahankan diri dengan gizi yang baik.
- Pendidikan merupakan salah satu faktor yyang harus diperbaiki dari masyarakat distrik Seminage.
Demikian kami sampaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Kontributor: Dr. Sugianto Gani