Renungan Kelana Sabda, Rabu 22 November 2023

Mengarungi Lautan Pengorbanan dan Ketaatan

Peringatan Wajib St. Sesilia
2Mak. 7:1,20-31Mzm. 17:1,5-6,8b,15Luk. 19:11-28;
BcO Yeh. 20:27-44
Warna Liturgi Merah

Para saudara dan saudariku yang terkasih…

Dalam perjalanan hidup ini, kita diajak untuk menengok dua kisah yang menyorot pilihan hidup yang melibatkan pengorbanan dan ketaatan yang tulus.

Bacaan pertama membawa kita ke masa ketika tujuh bersaudara dan ibu mereka ditangkap oleh sang raja. Mereka dihadapkan pada siksaan cambuk dan rotan karena menolak makan daging babi yang haram. Sang ibu, meski harus menyaksikan ketujuh anaknya mati dalam sehari, mengagumkan dengan kekuatan hatinya yang luar biasa. Dalam kepedihan dan pengorbanan yang begitu besar, ia memperlihatkan keberanian dan kepatuhan yang tak tergoyahkan terhadap hukum-hukum Tuhan. Dalam kata-kata terakhirnya, ia mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak takut pada algojo dan untuk menerima kematian dengan penuh martabat demi keselamatan di hadapan Allah.

Para saudara dan saudariku yang terkasih…

Kemudian dalam kisah injil,  kita ke perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus di Yerusalem. Seorang bangsawan berangkat ke negeri jauh untuk menjadi raja, memberikan mina kepada sepuluh hamba-Nya. Namun, beberapa dari mereka menolak dia sebagai raja. Perumpamaan ini memaparkan pemahaman bahwa setiap tindakan kita memiliki konsekuensi. Hamba-hamba yang setia dan berani mengembangkan mina yang diberikan kepada mereka, mendapatkan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar. Sementara yang lain, karena keengganannya, kehilangan hak dan keberkahan yang telah diberikan.

Para saudara dan saudariku yang terkasih…

Kedua kisah ini merangkum tema pengorbanan, kepatuhan, dan konsekuensi pilihan hidup. Dalam kegelapan dan kesulitan, ketaatan kepada hukum Tuhan serta pengorbanan untuk prinsip-prinsip kebenaran muncul sebagai cahaya yang mencerahkan. Kita diajak untuk merenung: Apakah kita memiliki keberanian seperti ibu yang mengorbankan anak-anaknya demi ketaatan kepada Tuhan? Ataukah kita seperti hamba yang setia dalam memanfaatkan anugerah Tuhan dengan sungguh-sungguh? Pilihan hidup yang kita buat membentuk jejak perjalanan kita di lautan pengorbanan dan ketaatan. Kita dipanggil untuk berani menghadapi tantangan, menerima konsekuensi, dan mempersembahkan hidup kita sebagai wujud syukur dan pengabdian kepada Allah. Sebab, dalam ketaatan dan pengorbanan, kita menemukan terang kehidupan yang sejati dan keberkahan yang kekal.

 

Pace e bene

Editor : Admin

Previous Article
Next Article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eight + four =