Renungan Harian Kelana Sabda, Senin 8 Juni 2020
1Raj, 17:1-6;Mat, 5:1-12
Orang Kaya dan Orang Miskin
Dalam Matius 5:1-12 Juruselamat kita memberikan delapan sifat orang yang diberkati atau berbahagia, hidup yang diperkenan Tuhan, semuanya melambangkan kebaikan-kebaikan utama orang Kristen. Untuk setiap sifat itu, suatu berkat atau kebahagiaan untuk masa kini dinyatakan, berbahagialah orang yang, dan untuk masing-masing juga dijanjikan suatu berkat untuk masa akan datang, yang diungkapkan dengan berbagai cara yang sesuai dengan sifat kebaikan atau kewajiban yang disarankan untuk dilakukan. Jadi, siapakah sebenarnya yang disebut berbahagia
Kata berbahagia dalam ayat ini berasal dari kata makarioi. Kata ini bisa diterjemahkan dengan arti beruntunglah, diberkatilah dan berbahagia. Jadi bisa dikatakan beruntunglah, diberkatilah dan berahagialah orang yang miskin di hadapan Allah. Kata miskin di sini barasal dari kata ptokoi yang berarti orang miskin, yang tidak punya rumah dan tidak punya banyak uang. Mengapa Yesus mengatakan berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah? Jikalau kita melihat pada masa Yesus hidup, sebagian besar orang-orang yang mengikuti Yesus dan menerima pengajarannya adalah golongan ptokoi, yaitu orang miskin. Begitu juga sebagian besar orang-orang yang mengalami mujizat baik disembuhkan dari kelumpuhan, kebutaan atau dibebaskan dari rasukan iblis adalah orang-orang dari golongan ini.
Jikalau kita membandingkan cara hidup orang kaya dan orang miskin, kita bisa melihat perbedaan. Orang miskin identik dengan penderitaan. Hal ini membuat orang miskin lebih dapat berserah penuh kepada pertolongan Allah. Orang miskin cenderung berpikir bahwa dunia ini bukan rumah mereka karena di dunia ini mereka mengalami penderitaan. Orang miskin merindukan suatu rumah yang abadi, di mana mereka tidak lagi mengalami pernderitaan, yaitu Surga. Berbeda dengan orang kaya, seringkali orang kaya cenderung merasa sombong dengan miliknya, orang kaya cenderung berharap pada kekayaannya, orang kaya lebih gampang terikat dengan dunia ini dan kenikmatannya sehingga mereka cenderung untuk membangun “surga” di dunia ini dengan kekayaannya. Hal ini dapat membuat orang kaya dapat melupakan surga yang sebenarnya.
Ada suatu kisah di dalam Matius 19 tetang seorang muda yang kaya, ia bertanya kepada Yesus: apa yang harus diperbuatnya untuk mendapatkan hidup yang kekal. Yesus mengatakan supaya ia tidak berzinah, tidak mencuri, tidak berbohong, menghormati orang tua dan kasihilah sesama. Kemudian orang muda itu berkata bahwa ia telah melakukan semuanya itu. Yesus kemudia berkata kepada orang muda itu untuk menjual hartanya dan membagikannya kepada orang miskin. Akan tetapi, orang muda itu sedih dengan perkataan Yesus karena hartanya banyak. Dalam hal ini, kekayaan seseorang dapat menjadi penghalang baginya untuk mengikut Allah dan mendekat kepada Allah.
Pace e bene,
Sdr. Febry A. Putra, OFM
Semoga tetap semangat untuk membuat renungan harian, untuk membagikan inspirasi serta motivasi hidup kepada pembaca. Trimakasih
Saya, sangat senang denga bacaanya dan renungan yang begitu bagus dan sangat menginspirasi saya untuk tetap miskin dan rendah hati. Trimakasih