Renungan Harian Kelana Sabda, Minggu 7 Juni 2020

Kel, 34:4b-6.8-9; 2Kor, 13:11-13;  Yoh, 3:16-18

 

MENGASIHI ADALAH KARAKTER KITA YANG MENGENAL KRISTUS

Penulis Injil Yohanes mengundang kita untuk saling mengasihi sebagai representasi dari karakter Allah yaitu kasih. Kasih Allahlah yang menjadi dinamika dan motivasi utama bagi kita di dalam mempraktekkan kasih satu terhadap yang lain sebagai tubuh Kristus. Karena setiap kita yang mengasihi menandakan bahwa kita lahir dari Allah dan mengenal Allah.

Salah satu fakta penting tentang Allah yang adalah kasih ialah dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia ini. Penulis Injil Yohanes menulis demikian: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya  kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” – Yohanes 3:16-17.

Berdasarkan Yohanes 3:16 di atas, ukuran kasih Allah itu tidak terhingga “begitu besar kasih Allah”. Artinya kasih Allah itu sempurna, melampaui ruang, waktu dan tempat. Bahkan melampaui kegagalan manusia menaati perintah-perintah-Nya. Ukuran manusia relatif, tapi ukuran Allah adalah mutlak; dan standar itulah seharusnya menjadi acuan bagi setiap orang percaya untuk mengasihi orang lain. Kita tidak bisa memakai ukuran kasih kita untuk mengenakan hal itu kepada sesama kita.  Mengapa demikian? Karena kasih kita itu tidak sempurna, terbatas dalam ruang, waktu dan tempat, sehingga tidak bisa dijadikan landasan untuk mengukur kedalaman kasih kita kepada orang lain. Hanya kasih Allah sajalah yang bisa menjadi nilai terbesar yang mendorong kita untuk mengasihi karena hanya Allah yang sanggup mengasihi dengan kasih yang sempurna melampaui dosa dan kejahatan kita.

Kasih Allah diberikan bukan berdasarkan kelayakan, tetapi berdasarkan anugerah yang disambut dengan iman. Dan setiap orang yang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya menjadi anak-anak Allah. Penulis Injil Yohanes menulis demikian: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” – Yohanes 1:12-13. Hasil kasih Allah ialah hidup yang kekal. Hidup dalam perspektif Alkitab adalah adanya persekutuan antara manusia dengan Allah. Hidup yang diperdamaikan dengan Allah. Rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada orang Kristen di kota Roma demikian: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah,Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” – Roma 5:1-11.

Pace e bene,

Sdr. Febry A. Putra, OFM

Previous Article
Next Article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

one × three =