Renungan Harian Kelana Sabda, Selasa 26 Maret 2024

Pengkhianatan

HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI
Yes 49:1-6Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15.17Yoh 13:21-33.36-38.
BcO Yer 8:13-9:8.
Warna Liturgi Ungu

Dalam kehidupan kita sebagai manusia, tentu saja masing-masing dari kita memiliki sahabat yang begitu akrab. Dalam persahabatan itu relasi di antara kita berjalan begitu baik. Karena saking dekatnya relasi itu, kita bahkan sudah menganggap mereka sebagai keluarga kita sendiri. Tetapi rupanya seiring berjalannya waktu, keakraban dan persahabatan itu hancur, sebab adanya pengkhianatan yang dilakukan kepada kita. Tentu saja dalam pengalaman seperti itu kita merasa sangat kecewa.

Injil hari ini menceritakan tentang Yesus yang melakukan Perjamuan Paskah bersama para murid-Nya. Dikisahkan bahwa dalam perjamuan bersama itu Yesus menceritakan mengenai akhir hidup-Nya di dunia ini. Karena pada akhirnya Yesus akan diserahkan untuk kemudian dihukum mati. Dikatakan dalam Injil bahwa Yesus merasa sangat terharu. Kemungkinan Ia merasa terharu karena perjamuan itu adalah yang terakhir bagi-Nya dan para murid. Yesus terbuka untuk hal itu dan mengatakan bahwa salah satu dari para murid-Nya yang akan mengkhianati-Nya. Dia itu adalah Yudas Iskariot.

Begitulah gambaran dalam kehidupan kita manusia. Bukan sekarang ini saja kita mengalami masalah dalam kehidupan kita seperti pengalaman dikhianati orang terdekat. Hal ini sudah lebih dulu terjadi pada masa lampau, masa yang dimana Yesus masih berada di dunia bersama dengan manusia. Maka dalam keadaan demikian, kita perlu sadar bahwa hidup ini merupakan ketidakpastian yang terkadang membuat kita merasa begitu kecewa ketika sesuatu yang buruk terjadi. Kita perlu belajar dari Injil pada hari ini, bahwa sebetulnya dalam keadaan apa pun sebagai manusia, kita perlu menjaga diri kita agar tidak terpengaruh terhadap hal yang biasa merusak kehidupan kita. Sebab jika kita dapat mengendalikan diri kita, maka kita pun dapat terhindar dari “ketamakan” seperti Yudas Iskariot yang gila akan harta sehingga ia rela menyerahkan Yesus demi kepentingannya sendiri. Maka dalam hal ini kasih dan kesetiaan sangat dituntut. Sebab dengan kasih, dapat selalu mempererat kesatuan kita dengan orang lain. Semoga dalam hidup, kita terus berusaha untuk membuka diri kepada rahmat Allah sehingga dengannya dapat membantu kita untuk mencintai sesama kita, dan dengannya pula kita dapat terhindar dari keegoisan kita yang dapat mencelakakan orang lain.

Pace e Bene

Previous Article
Next Article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven − 5 =