Renungan Harian Kelana Sabda, Selasa 15 September 2020
Injil Lukas, 2:33-35
Setia Meski Pilu, Taat Meski Sakit
Sebagai seorang Ibu yang baik, tentu tahu apa yang baik yang harus ditanamkan dalam diri setiap insan yang menjadi anugerah dalam hidupnya yakni anak-anak-Nya. Sebagai seorang anak tentunya tahu pasti sebagaimana sosok pribadi Ibu kita masing-masing. Kitang mengetahui seperti apa cara ibu kita mendidk kita dan membesarkan kita, Ibu yang kita kenal adalah sosok wanita tegar dan kuat yang berani bersembunyi di balik kelemahan dan kerapuhan. Hal ini menandakan suatu kesetiaan yang diberikan ibu terhadap anak-anaknya karena ia percaya bahwa sang buah hati adalah titipan Tuhan. Ketegaran dan berani menerima segala keadaan yang ditunjukan oleh ibu, agar dapat mencapai segala sesuatu yang kita kenal sebagai BAHAGIA. Sangat sinkron bukan? “berdukacita menjadi Sukacita?
Bapak ibu Saudara dan saudariku yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, hari ini gereja sejagat memperingati Santa Perawan Maria Berdukacita. Dengan pengalaman kita sebagai manusia, kita sering menolak apa yang dinamakan dengan dukacita. Kita sering menolak bahkan tidak pernah mau menerima sebagaimana pengalaman pahit yang sering datang melanda kehidupan kita, dan kita mau lari dari padanya. Melihat dari pengalaman Maria, sebenarnya dapat menghantar kita untuk merenungkan tentang suatu arti keteguhan Iman yang menjadi dasar yang tak akan pernah goyah terhadap segala tantangan dan rintangan. Hal ini sama artian bahwa keteguhan Iman akan Allah melalui setiap pengalaman pahit yang kita alami.
Ibu Bapak Saudara dan saudari yang terkasih. “Bersukacitalah” sebagaimana dalam bacaan Injil yang hari ini dipaparkan kepada kita tentunya membiaskan cahaya cemerlang untuk kita semua tentang Ungkapan akan penantian keselamatan dari Seorang Simeon terhadap dunia. Kini penantiannya dapat terwujud ketika kedua orang tua Yesus yang pergi untuk mempersembahkan Putra mereka kepada Tuhan. Sesungguhnya Simeon lebih menekankan pada kedua orang tua Yesus secara khusus sang Ibunda yang dapat kita lihat pada ayat yang ke- 35 yang bunyinya: Dan suatu pedang akan menembus jiwa-Mu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.
Ibu bapak Saudara dan saudari yang dikasihi Tuhan, dari ayat ke -35 ini, dapat memberikan suatu tanda sebagaiamana kesiap-sediaan Maria sang Ibunda akan segala sesuatu yang terjadi terhadap putranya kelak. Berdasarkan pengalaman serta cerita-cerita yang kita ketahui, sang Ibunda tidak pernah meninggalkan Putranya sendirian, bahkan ia mampu menerima dengan penuh kesabaran akan setiap pengalam pahit yang dialami putranya hingga pada kematian yang keji. Perasaan seperti tertusuk pedang dalam Jiwa. Dari peringatan Perawan Maria Berdukacita dapat mengundang kita untuk memiliki keterbukaan hati terhadap kehendak dan segala yang Allah rencanakan dalam setiap langkah laku hidup kita bukan lari dan menghindarinya. Kehendak Allah memang sering terjadi berbeda dengan apa yang menjadi kehendak manusia, namun dari hal ini dapat mengajarkan kita untuk tetap setia berpegang pada Iman Akan Allah sebagaiamana yang ditunjukan Oleh Bunda Maria yang setia menerima segala sesuatu yang dialami putranya. Hal ini membuktikan bahwa kasihnya yang begitu besar terhadap Allah, ia bersedia untuk melakukan dan mentaati kehendak Allah. Kita harus tetap dan terus berusaha untuk menemukan kehendak Allah dalam setiap pribadi kita. Marilah kita satukan segala kelemahan, kerapuhan kita, serta kegalauan dan kegagalan kita dengan penderitaan Yesus, dan kesetiaan yang ditunjuk oleh Sang Bunda Gereja, agar kita menang dan mencapai kesempurnaan hidup sejati. Tuhan memberkati kita semua.
Pace e bene,
Sdr. Riyan Boleng OFM