Renungan Harian Kelana Sabda, Rabu 20 Januari 2020

Injil Markus, 3:1-6

Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat

3:1 Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. 3:2 Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. 3:3 Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: “Mari, berdirilah di tengah!” 3:4 Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. 3:5 Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. 3:6 Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia.

Renungan

Kita diharapkan jangan membuat skandal dalam kehidupan kita. Artinya jangan sampai karena apa yang kita lakukan, menjadi bantu sandungan bagi orang lain sehingga jatuh ke dalam dosa. Apa yang para murid lakukan pada Injil hari kemarin dan apa yang Yesus lakukan pada hari ini, di mata para pemuka Yahudi, kiranya merupakan sebuah skandal terhadap hari Sabat. Yesus yang adalah seorang Guru, di mata orang Yahudi tidak seharusnya melakukan apa yang sedang dilakukannya pada hari sabat.

Kita boleh bertanya: apakah memang perbuatan Yesus itu adalah sebuah skandal. Menggunakan pikiran pemuka Yahudi, kita boleh mengatakan bahwa memang perbuatan itu adalah sebuah skandal. Namun perlu diingat bahwa kadang, skandal jenis seperti Yesus itu perlu dilakukan ketika ada hal mendasar yang perlu dilakukan. Dengan Yesus dan para muridnya melakukan “skandal” pada hari sabat, mereka justru menunjukkan hal yang paling mendasar yaitu hari sabat bukan dihayati secara dangkal dengan menjaga jangan buat ini dan jangan buat itu. Hari sabat harusnya dihayati dalam semangat dan jiwa dari hukum itu adalah mencintai Allah dan mencintai Sesama.

Apa yang Yesus dan para murid lakukan hendak membawa orang untuk tidak membuat diri menjadi budak hukum. Yesus dan para muridNya menunjukkan bahwa mencintai Allah dengan cara mencintai manusia adalah cara yang lebih mulia daripada hanya sekedar menjaga agar orang melakukan hukum secara teliti dengan menghilangkan semangat dan jiwa hukum. Kadang memang demi nilai yang lebih tinggi kita harus berbeda dalam cara menghadapi aturan dan hukum di sekitar kita. Tentu, di sini, haruslah selalu dengan kesadaran bahwa aturan-aturan yang ada, keberadaan mereka adalah untuk melayani manusia dan kebaikannya.

Pace e bene,

Sdr. Soter Reyaan, OFM

Previous Article
Next Article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

three × 3 =