Renungan Harian Kelana Sabda, Jumat 29 Mei 2020
Yohanes, 21:15-19
Setia Mengikuti Kristus dan Mengasihi-Nya dengan Sepenuh Hati
Sebuah ungkapan kasih didasari kesadaran dan kejujuran akan lebih bernilai bagi hidup kita dan orang lain. Mengasihi orang lain dengan tidak secara paksa atau tidak menuntut suatu pujian dari orang lain menunjukan kasih kita yang sepenuhnya terhadapnya. Seringkali terjadi bahwa kita lebih mudah berbicaara tentang kasih itu, ketimbang mempraktekan dalam kehidupan kita. Mengasihi orang lain pun tidak hanya bersikap sepihak saja, atau hanya tertuju pada orang-orang dekat dengan kehidupan kita. Tidak pula diharapkan mengasihi orang lain dengan menjadikan sebuah kesempatan untuk mencari suatu penghargaan, agar orang lain mudah menilai tindakan kasih yang kita perlakukan kepadanya. Jika ungkapan kasih itu hanya sebatas kata-kata, maka kasih itu tidak akan bertahan lama. Kasih yang diungkapkan, tak disadari akan hilang seketika sebab kita kurang mempertahankan kasih itu dalam diri kita. Tindakan kitalah yang akan menentukan bila kita mengasihi orang lain. Sebagai orang terpanggil oleh Allah, kita mestinya mewujudkan kasih itu dalam setiap perjumpaan dan pelayanan kita terhadap sesama kita. Kita diharapkan membangun sikap kesadaran dan kasih yang tulus bila hadir bersama orang-orang yang kita jumpai dalam hidup kita. Ungkapan mengasihi orang lain menunjukan sejauh mana kita mempertahankan kasih Kristus kepada kita. Kasih Kristus yang tak ada batasnya, mengasihi dengan penuh ketulusan serta memberikan kesejahteraan dalam tindakan kasih yang diberikan-Nya.
Injil hari ini menunjukan tindakan kasih Kristus kepada para murid-Nya yang selalu hadir dan telah hidup bersama dalam persekutuan dengan Allah. Yesus memperlihatkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya dan sejauh mana para murid mempertahankan kasih itu ketika mengikuti Kristus yang diimani. Suatu pertanyaan yang diajukan oleh Yesus kepada Simon Petrus ‘’Apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini? Dari pertanyaan itu, Petrus tidak langsung menjawab dengan ‘’aku mengasihi-Mu’’. Melainkan Petrus memulai ungkapannya ‘’Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau’’. Pertanyaan Yesus yang diajukan selama tiga kali dan Petrus pun menjawabnya tiga kali ‘’Aku mengasihi Engkau’’. Yesus tentunya telah mengetahui pikiran dan isi hati Petrus dibalik jawabannya itu. Yesus ingin melihat sejauh mana Petrus yang selama hidup bersama dan mengasihi-Nya. Kiranya dialog singkat tersebut, mengingatkan kembali ketika Yesus disesah dan dihukum mati, dan pada saat itulah Petrus telah menyangkal Yesus tiga kali, ketika orang-orang bertanya tentang Yesus. Yesus mengharapkan jawaban Petrus menjadi sebuah kenyataan hidup yang diperlihatkan dalam seluruh perjalanannya.
Kita sebagai umat Allah, dalam menjalani panggilan ini diharapkan mampu merealisasikan dalam hidup panggilan dan perutusan kita hukum kasih itu. Mengikuti Kristus dan mengasihi-Nya dengan sepenuh hati tidak hanya menerima situasi yang gampang, tetapi mampu menerima situasi sulit dalam setiap perjalanan hidup kita. Kristus yang kita imani mengasihi kita dengan tulus sampai menyerahkan diri-Nya wafat di Kayu salib. Tindakan kasih dan kesetiaan Kristus mengajarkan kepada kita agar kita lebih berusaha untuk setia mengikuti dan mengasihi Dia dan sesama kita. Melalui bantuan tangan kasih-Nya, akan memampukan kita untuk terus bertindak sesuai kehendak-Nya. Dalam setiap perjalanan hidup kita, ada orang ingin merasakan belaskasihan dari kita untuk membantu dan memberikan kekuatan ketika hidupnya dilanda kesulitan dan penderitaan. Tindakan kasih kitalah akan menunjukan seberapa besar kesetiaan kita kepada Kristus dalam mengasihi sesama kita. Seringkali dalam situasi sulit dan ketidakmampuan kita, kita mungkin mudah menyerah seakan-akan tidak berdaya untuk berusaha kembali. Pada saat-saat seperti itulah kita ditantang untuk semakin setia mengkuti Kristus dan mengasihi-Nya dalam setiap perjalanan hidup panggilan kita. Kasih-Nya tanpa batas, tanpa kenal lelah demi menyelamatkan umat-Nya, termasuk kita yang menjalani panggilan untuk mengikuti Dia, maka marilah kita melakukan hal yang sama seperti diriNya.
Pace e bene,
Sdr. Afri Papak, OFM