Renungan Harian Kelana Sabda, Jumat 29 Maret 2024
Penderitaan Yesus Adalah Bukti Cinta-Nya Kepada Manusia
HARI JUMAT AGUNG
Pantang dan Puasa |
|
Yes. 52:13-53:12; Mzm. 31:2,6,12-13,15-16,17,25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1-19:42. BcO Ibr. 9:11-28 |
|
Warna Liturgi Merah |
Jalan penderitaan yang dipilih Yesus adalah unik. Yesus harus menderita dan wafat di kayu salib. Penderitaan Kristus di salib adalah sebuah pusat dari penyataan Allah tentang diri-Nya kepada manusia. Jika kita renungkan kembali bahwa di salib Allah tidak dinyatakan dalam kuasa dan kemuliaan melainkan dalam keilahian yang sangat bertolak belakang, yaitu dalam hal yang diangap aib oleh manusia, kemiskinan, penderitaan dan kematian, dalam apa yang tampak bagi kita sebagai kebodohan dan kelemahan. Salib, yang penuh penderitaan itu, adalah sebuah pernyataan Allah tentang kasih-Nya yang sejati. Karena hal itu dilakukan dalam sebuah rangkaian rencana yang telah disusun di dalam kekekalan.
Penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya merupakan satu paket tindakan Allah yang meneguhkan pencapaian Yesus melalui kematian-Nya. Penderitaan-Nya unik karena Dia melebihi manusia biasa dalam melakukan jalan salib, karena di dalam dirinya berlaku dua hakikat sekaligus; manusia seratus persen dan Allah seratus persen. Manusia biasa tidak akan kuat menanggung penderitaan yang sama. Tetapi Yesus mampu dan kuat. Dia tidak bersalah dalam penderitaan itu. Di kayu salib, segala penyelengaraan keselamatan manusia yang dilakukan melalui Yesus dipenuhi. Dan bagi kita umat Kristen bahwa salib merupakan lambang kemenangan bagi kita.
Yesus menanggung dan menebus segala penderitaan kita di salib. Maka dari itu, kita perlu merenungkan bahwa setiap dosa dan kerapuhan yang kita buat akan ditebus oleh Yesus karena cinta-Nya kepada kita. Oleh sebab itu, kita diajak untuk membalas cinta Yesus itu dengan hidup sesuai dengan yang diharapkan yakni hidup di dalam Dia sebab Dialah jalan dan kebenaran dan hidup itu sendiri.
Pace e Bene