Refleksi Perjalanan Ziara : Kekaguman Pada Fransiskus Asisi dan Spirit Persaudaraan
Pendahulaun
Ziarah memiliki makna religius ketika perjalanan itu menjadi pertanda ibadah, rasa hormat yang mendalam kepada tempat atau orang kudus yang mana dari padanya kita memperoleh karunia atau rahmat. Ziarah ke kota Roma dan ke kota Asisi serta tempat lainnya di mana Fransiskus Asisi dulu mengalami kecintaan akan Allah, memberikan inspirasi bagi saya dan beberapa saudara yang ikut sebagai peserta ziarah merasa kagum akan pengalaman luar biasa ini.
Mengapa Kagum?
Kekaguman atau keterpesonaan kami secara khusus saya adalah bahwa tidak terpikirkan untuk beberapa hari ada di kota Roma dan tempat lainnya. Semuanya karena kebaikan Allah yang tercurah dalam persaudaraan Fransiskan, yang sudah memberikan waktu bagi saya untuk mengalami perjalan ziarah ini. Rasa kagum dibaringi kebahagiaan karena bukan lagi membaca dan memahami nama tempat dan peristiwa apa yang terjadi pada zaman Fransiskus, tetapi menjadi nyata melihat langsung tempat dan mengulang kembali sejarah Fransiskus yang hidup saat ziarah. Mengapa dikatakan Fransiskus hidup kembali? Karena bagi saya kekaguman akan kehadiran tokoh hebat seperti Fransiskus Asisi dalam mengubah dunia menjadi sebuah kenyataan. Berada di kota Asisi membuat saya semakin mengalami kekaguman yang tiada duanya.
Kekaguman yang lain adalah melihat para saudara di komunitas Antonianum juga di Generalat dengan latar belakang budaya, bahasa, bangsa yang berbeda. Mereka menikmati spiritulaitas Fransiskan yang sangat kuat. Ternyata perbedaan membuat persaudaraan menjadi lebih indah dan bahkan lebih harmonis. Tuntutan hidup persaudaraan bukan soal keseragaman tetapi perbedaan yang memberi warna dasar kefransiskan kita menjadi duta damai bagi semua orang. Kekaguman melihat para saudara di generalat akhirnya juga terungkap dalam jumpa kami dengan minister general. Satu pertanyaan dari kami adalah,”Bagaimana mewujudkan kehidupan persaudaraan dengan kehadiran para saudara dari negara yang beranekaragam ini?” Tanggapan Minister adalah semua sudah dewasa, dan para saudara memiliki komitmen yang kuat dalam melayani persaudaraan. Yang membuat semua saling mendukung dalam kehidupan persaudaraan adalah soal kejujuran. Dan setiap saudara memiliki rasa percaya satu terhadap yang lain. Itulah sesungguhnya letak kekuatan sebuah komunitas persaudaraan fransiskan. Saling percaya dan mendukung satu sama lain.
Kota Asisi kota Ziarah
Asisi menjadi tempat tujuan ziarah bagi belahan dunia mana saja. Selama dua hari di kota Asisi, saya merasa bahwa kota itu kecil namun disitulah muncul orang ternama Fransiskus Asisi yang sekarang membawa dampak perubahan kehidupan bagi warga kota Asisi. Jika zaman dahulu Fransiskus menjadi pengemis, sekarang di kota itu semua asesoris yang bernuansa Fransiskan dijual menghidupi warga kota Asisi. Kota kecil yang berada di ketinggian ini memberikan gambaran perubahan dari kota zaman Fransiskus sebagai kota tidak diperhitungkan, menjadi kota ziarah. Sekarang kota ini banyak sekali pengunjung yang datang memberikan rasa hormat, berdoa, belajar akan nilai-nilai kehidupan kefransiskanan. Orang terkagum melihat tempat kelahiran Fransiskus Asisi, rumah ayah dan ibunya, tempat di mana ia melepaskan pakaiannya dan memulai hidup yang baru. Saya mengamati bahwa setiap hari di kota Asisi selalu dipadati peziarah yang ingin mengenal tokoh Santo Fransiskus Asisi. Kota yang identik dengan Fransiskus ini memberikan kebanggaan bagi kami peziarah yang juga Fransiskan, karena orang-orang kadang menyapa Francis, Father. Minimal dua sapaan ini yang saya dengar. Para peziarah juga memiliki keramahan dalam menyapa dan memberikan senyum minimal sebagai pertanda persahabatan. Saya sendiri mengalami bahwa umumnya semua orang yang berziarah memiliki jiwa kerendahan hati, persaudaraan, sukacita dan setiakawan. Mengapa? Karena semua orang menampakkan itu. Ini juga didukung oleh kami peziarah yang selalu mengenakan jubah ke semua tempat ziarah Fransiskan. Di sana ada doa atau perayaan ekaristi bersama. Saya mengalami bahwa hal-hal Rohani, doa, ekaristi, sharing merupakan kekuatan bahkan menjadi semangat bagi kami untuk bersama-sama mengalami ziarah dengan penuh sukacita. Banyak waktu kami berjalan ke hutan tempat Fransiskus berdoa (hutan di Carceri, Hutan di La Verna). Bahkan kami menyanyi mengagumi alam yang sudah beberapakali dimuat dalam tiktok oleh saudara Soter. Itulah kekaguman akan keindahan semesta, yang sudah dimulai oleh Santo Fransiskus Asisi.
Refleksi 1
Saya membagi refleksi ini menjadi refleksi 1 karena masih ada refleksi lanjutan di edisi berikut, yang dibuat dalam kuntum-kuntum kecil perjalanan ziarah.
Komunitas persaudaraan dunia
Saya merasa bahwa persaudaraan yang dibangun Fransiskus Asisi adalah persaudaraan semesta yang menjangkau semua entitas di bumi ini. Tentu manusia dengan suku, budaya, adat istiadat yang berbeda dari belahan dunia mana saja. Seperti yang saya katakan dalam ulasan di atas bahwa keterpautan atau kekaguman pada persaudaraan karena persaudaraan sangat luas dan mendunia. Misalnya di Komunitas Generalat dan di rumah studi Antonianum, menjadi tempat para saudara dari belahan dunia mana saja bersama-sama bekerja/melayani dan belajar. Sungguh persaudaraan yang sangat terbuka, dan membuka cara berpikir kita bahwa kita bukan seorang diri yang hidup dengan kebudayaan sendiri, kita ada untuk dunia dan dunai menghadirkan semua saudara dari belahan dunia mana saja untuk hidup bersama. Tidak ada orang asing atau tidak ada yang mengklaim ini persaudaraan punya kami, atau ini di tanah kami, milik kami, budaya kami. Semua adalah milik persaudaraan Fransiskus Asisi yang mengikuti Kristus secara radikal. Artinya menjadi milik Kristus juga segala apa yang kita miliki. Saya terkagum melihat komunitas persaudaraan dunia yang sangat familiar dan penuh dengan keanekaragaman budaya. Satu hal yang perlu kita usahakan dalam kehidupan komunitas yang mendunia adalah bahasa. Belajar bahasa sehingga menghantar kita bisa mendengarkan sharing, mendengarkan cerita atau kisah dari pelayanan saudara lain di belahan dunia yang lain.
Penutup
Perjalanan ziarah sebagai perjalanan rohani tentu perlu menegaskan juga napak tilas semangat bapa Fransiskus Asisi. Perjalanan panjang yang bukan melelahkan tetapi memberikan semangat baru dalam menjalani hidup menjadi saudara dina zaman ini. Ziarah membutuhkan ketahanan fisik dan semangat sukacita sehingga benar-benar menjadi perjalanan rohani yang menyenangkan. Tentu memberikan kesegaran baru terutama dalam menjiwai spiritualitas fransiskan di mana dan kapanpun.
Penulis : Sdr. Markus Meran, OFM
Editor : Admin
Fr. Marco luar biasa. Kita tunggu edisi selanjutnya
ya Pater ma ksih…z tunggu. selamat pagi…