Renungan Harian Kelana Sabda, Senin 18 Maret 2024
Arti Rendah Hati
Sirillus dr Yerusalem
|
|
Dan. 13:1-9.15-17.19-30.33-62; atau Dan. 13:41c-62; Mzm. 23:1-3a.3b-4.5.6; Yoh. 8:1-11. |
|
Warna Liturgi Ungu |
Pada umumnya dosa kaum alim ulama dan orang-orang yang merasa dirinya saleh, sudah hidup baik dan benar dihadapan Tuhan adalah mudah menghakimi orang lain. Mereka sulit untuk dapat mentoleransi situasai hidup orang-orang yang salah jalan dan tidak taat pada hukum agama. Hati mereka menjadi keji dan jahat terhadap sesama yang dianggap berdosa dihadapan Allah.
Inilah yang disebut dosa kesombongan religious. Di antara semua dosa yang ada, dosa yang satu ini justru yang paling berbahaya, sebab yang bersangkutan malah mengira kesalahan yang dilakukan itu justru suatu tindakan mulia, atau bisa juga dia merasa diri yang paling benar, tidak pernah salah dan memiliki kecenderungan menghakimi orang lain. Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu benar atau salah.
Manusia, betapapun baik kehidupannya, ia tetap membutuhkan belas kasih Tuhan. Oleh karena itu, meskipun kita berusaha menjadi orang baik di hadapan Tuhan, namun kita juga harus menyadari kita juga pendosa yang selalu merendakan diri, merasa tidak pantas, sehingga tidak mudah menghakimi orang lain. Dengan menyadari diri sebagai seorang pendosa, kita dapat terhindar dari dosa.
Menghukum orang yang kedapatan bersalah seperti perempuan yang berzina, dan dibawa ke hadapan Yesus, adalah suatu perbuatan yang tidak mengenakan hati. Karena kita berlaku sebagai hakim atas orang yang bersalah. Lalu apa hak kita untuk menghukum orang yang bersalah? Tidak gampang karena kita mengambil ahli tugas dan kewenangan Tuhan sebagai hakim dalam menghukum orang. Suatu tindakan yang salah kalau kita main hakim sendiri atas orang yang bersalah, bahkan ada yang bertindak brutal terhadap orang yang bersalah. Mengapa? Karena kita bukanlah Tuhan yang memiliki hak untuk menghakimi.
Yesus saja tidak serta merta memberikan hukuman kepada perempuan yang kedapatan berzina. Yesus menerima keadaan perempuan itu dan mulai memberikan penyadaran. Akhirnya dia sadar akan dosanya dan memohon pengampunan dari Yesus, dan Yesus mengampuninya.
Pace e Bene