Renungan Harian Kelana Sabda, Sabtu 7 November 2020
Injil Lukas, 16:9-15
Setia dalam Perkara Kecil
Saudara/i yang terkasih dalam Kristus, hari ini Penginjil Lukas menampilkan dua sudut pandang yang menakjubkan, yang jika kita melihat dalam kehidupan kita di zaman ini, kita terkadang dalam kesadaran kita maupu ketidaksadaran kita, kita masih saja berhamba kepada mammon dan lupa kalu-kalu kita semestinya berhamba hanya kepada Allah. Mammon yang dimaksudkan di sini ialah sebuah nama dewa kekayaan orang Yunani. Yesus berkata: “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, maka ia akan setia pula dalam perkara-perkara besar” (Luk. 16:10). Mamon yang juga disebut sebagai harta kekayaan itu selalu meggoda, menggairahkan, menarik perhatian orang dalam dunia kita sekarang ini. Kita menyaksikan tidak sedikit orang kaya yang jatuh bangkrut kemudian menjadi gila bahkan mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang terpuji (bunuh diri). Ternyata semua tawaran kemewahan duniawi yang kelihatannya sangat menggodah hati itu sama sekali tidak memberikan buah yang baik, tidak menghasilkan sesuatu yang berguna dan berarti bagi orang lain, melainkan ia hanya sebatas mencari popularitas, dan apresiasi dari orang lain. Sebab yang menjadi motifasi utamanya ialah demi mendapatkan kekayaan yang di mata dunia begitu menggiurkan. Memang, segala kemewahan dunia ini amatlah mempesona hati. Namun, sayangnya tidak memberi kebahagiaan yang sesungguhnya. Kesetiaan kita dalam perkara-perkara kecil itulah yang memberikan jaminan penuh untuk meraih kebahagiaan dan kekayaan yang tiada habisnya. tidak sedikit orang yang menafsirkan suatu kesetiaan itu sebatas soal tugas atau tanggung jawab besar yang mendapatkan apresiasi dari banyak orang dan bukan menyangkut keadaan yang membahagiakan orang. Sementara hal-hal yang sederhana yang kurang mendapat kontribusi besar dapat disepelehkan. Bila memang demikian, maka teranglah bahwa orang yang demikian bukanlah orang yang hendak berusaha untuk bekerja bagi orang banyak, melainkan hanya mencari ketenaran nama, pujian, pengakuan dari orang lain bahwa ia adalah orang yang hebat, yang disanjung-sanjung dan dijunjung tinggi.
Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Yesus, tentang bagaimana cara kita memperoleh kekayaan yang sesungguhnya, Rasul Paulus dalam bacaan pertama hari ini memberikan suatu tawaran yang mestinya kita teladani. Rasul Paulus telah memberikan teladan hidup yang luar biasa bukan hanya bagi orang-orang yang hidup sezamannya, tapi juga bagi kita yang hidup di masa-masa akhir zaman ini. Salah satu teladan hidup yang menonjol dalam diri Paulus adalah kesetiaan dan semangat hidupnya dalam melayani Tuhan, sekalipun dalam masa-masa sulit yang sering kali ia hadapi. Di dalam kesetiaannya dalam perkara-perkara kecil membuatnya tak pernah merasa gentar, ragu, putus harapan, dalam mewartakan kebenaran. Justru oleh karena kesetaannya itulah ia mendapat kekayaan yang tiada habisnya yakni panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Ketangguhan imannya akan Yesus sebagai satu-satunya jalan, kebenaran, dan kehidupan, membuatnya tetap kuat, ulet dan gigih dalam menghadapi segala cobaan. Kegigihannya itu ia amat bahagia dan bermegah sebab ia percaya bahwa kuasa Tuhan makin sempurna dinyatakan. “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Korintus 12:9). Saudara/i yang dikasih Kristus, dalam dunia sekarang ini kemewahan, kemegahan dunia amat sangat mempesona dalam sanubari kita. Seakan kita hanya ingin berhamba pada mammon yang memberi kebahagiaan sesaat. Inilah tantangan dan ujian iman apakah kita mempu bersetia dalam perkara-perkara kecil namun memberi pengaruh yang besar kepada sesame ataukah kita terkubur dalam kemewahan dunia ini. Maria kita membangun sikap setia pada hal-hal yang kecil yang dianggap sepeleh dan tak berarti di mata dunia namun amat berarti dan bernilai di mata Tuhan, sampai Tuhan sendirilah yang memberikan kita perkara yang besar yakni panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Jangan sampai kita mejadikan hidup kita bagai sebongkah emas murni dengan kemilau cahayanya yang tiada dua, yang bersinar menggoda hati namun tidak memberi jaminan dalam hidup kita maupun sesama. Jadikanlah hidup kita bagaikan tanah yang kelihatannya tidak ada efek, tidak bersinar seperti emas, suram, kotor, tetapi mampu menumbuhkan segala macam tetumbuhan yang dari padanya kita memperoleh kepenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sekecil apa pun tindakanmu yang benar namun tak berarti di mata dunia, syukurilah bahwa engkau telah menjadikan dirimu bagaikan tanah yang selalu menyediakan segala kebutuhan semua makhluk hidup di bumi ini. Semoga ya semoga. Amin.
Pace e bene,
Sdr. Hilarius Marian, OFM