Renungan Harian Kelana Sabda, Sabtu 6 Juni 2020

Markus,  12:38-4

Persembahan Hati

Paling sering kita temui, membaca bahkan menyaksikan pada sebuah kegiatan sosial, seperti memberi bantuan dana ataupun bama, ada banyak wartawan yang meliput dan mengambil foto untuk diliput di media sosial nantinya. Ketika saya membaca berita-berita seperti itu, saya bertanya dalam hati, haruskah di setiap perbuatan bakti sosial itu dapat di publikasikan? Bila memang bakti sosial itu di lakukan dengan motivasi yang murni dan tidak untuk mencari popularilatas semata, mengapa harus menjadi suatu kewajiban untuk dipublikasikan di berbagai media sosial? Ya, seperti itulah realita yang sangat umum yang terjadi di dalam kehidupan kita saat ini.

Saudara dan saudariku yang dikasihi Tuhan… Bacaan Kitab Suci hari ini, Yesus mengkritik para ahli taurat dan pemuka agama yang mencari pujian dan popularitas dalam berbuatan mereka. Dan Yesus memuji janda miskin, yang sekalipun menyumbang sedikit, namun ia memberikan dengan dan dalam ketulusan hati, seluruh nafkahnya. Janda miskin ini dipuji karena ia mendermakan kekayaan yang sedikit itu dengan seluruh hatinya, tanpa memikirkan apapun selain keikhlasan hati. Janda miskin itu memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan.  Peser adalah mata uang tembaga Yahudi yang paling kecil. Sekalipun perembahan seorang janda ini di mata orang Yahudi merupakan persembahan yang kecil, namun ditinjau dari sisi kemampuan  pemberian janda miskin itu sangatlah besar sebab “…jandi ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” nilainya dan motivasi untuk memberi sangatlah murni dan tidak untuk mencari popularitas semata.

Melalui kisah ini, kitapun dipanggil untuk belajar dari janda miskin. Berani dengan ikhlas tanpa pamrih berkurban menyerahkan sebagian dari apa yang kita miliki untuk kepentingan sesama, Itulah panggilan mulia yang hendaknya kita hidupi. Jumlah kecil yang dikurbankan lebih berharga dari jumlah besar yang tanpa disertai kurban. Cinta adalah keberanian untuk berkurban tanpa menuntut imbalan. Persembahan yang kita berikan itu akan menjadi persembahan yang amat bernilai mulia di mata Tuhan sejauh kita memberi dengan cinta yang tulus ikhlas. Dan persembahan itu tidak hanya soal memberi sedekah tapi juga soal pemberian diri seutuhnya dalam pelayanan kita kepada sesama dalam “totalitas diri”.  Semoga kita senantiasa mau memberi yang terbaik dari hati dengan motivasi yang murni dalam seluruh pelayanan kita kepada sesama. Berilah yang terbaik untuk Tuhan karena semua yang baik yang kita miliki berasal dari pada-Nya. Semoga Tuhan senantiasa memberi kita hati yang tulus dan semangat tulus ikhlas untuk memberi sebagaimana yang diperbuat janda miskin dalam bacaan suci hari ini. Amin.

Sdr. Hilarius Marian, OFM

Previous Article
Next Article

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

11 − six =